Sabtu, 13 Februari 2016
wahai waris 3
Wahai! Waris
akan aku ceritakan
tentang samudera menghiris.
Tatkala lapang pandang,
aku jumpa satu pedang;
Mustahil aku kata : “Itu aku punya”
maka aku biarkan ia menjadi tanda tanya.
Alun demi alun bahtera gerak,
pedang itu ikut berganjak;
Mustahil aku kata : “Akulah tuannya”
maka aku biarkan lagi menjadi tanya.
Setiba masa sauh diturun,
ia datang berdarah gerun;
Mustahil aku kata : “Marilah beradu tenaga”
maka aku ambil untuk kau waris yang ada.
Namun, Wahai! Waris
jika kau guna tikam sesama seiris;
Akan tiadalah alif dalam dada
diganti merana.
- Dhamah
>>>
waktu berlalu
meninggalkan aku,
terkontang-kanting
sendiri dibanting.
Dipukul ombak
diasak ~ nafasku sesak,
apakah bahtera tombang
berjalan dalam tempang.
namun asaku tak henti
tetap ingin berlari.
- Dhamah
>>>
komradpuisi
apa saja ekspresi kata yang cipta keindahan saat berbicara akan aku terima sebagai sesuatu yang puitis.
tidak perlu ada kesangsian terhadap kebebasan untuk memberi apa saja nama pada puisi.
dan tidaklah pula puisi itu pernah mati jiwanya
yang pernah, sudah mati itu adalah manusia yang menyangkal kata dalam kekosongan
tanpa perjuangan yang jelas.
- Ibnu Amar
>>>
Kekasihku
Bila kau berlabuh
pada hati
yang
baru
Ingatlah
aku yang pernah
bersinggah
di hatimu
Walau
hanya kepalsuan
yang kau
berikan
padaku
- Pesona Lirkan
>>>
puisi itu indah
dulunya indah bahasa
berkias tak mencalar jiwa;
tapi kini berombak nada
mengikut apa ia suka.
andai tak menerima tegur
usah bermain kata hibur;
setiap gaya punya isi
bukan sengaja ia diberi.
jujur pada diri
tak usah bermain tarik tali;
andai bahasa tiada makna
ternyata singkatlah akal minda.
- Dhamah
>>>
Lelah selusuri lereng nan berbukit
Terbayang indah hanya dimimpi
Tak daya diri Berakit ke Langit
Layaknya aku hanya di bumi
Tenang mendongak birunya langit
Indahnya awan berkait-kait
Menambah ilmu dari yang sedikit
Dari kamu-kamu yang jaya berakit
Sepi itu indah sekali
kembara dalam dunia hati
Maafkan daku terkadang sunyi
Menyapa sesekali namun tetap melihat kamu-kamu beraksi
Terima kasih bersama kalian di sini..
Terlihat indah hasil-hasil puisi
Gagah daku Berakit ke Langit lagi
Rumput di bumi tetap kupijak sampai mati
Salam zohor menanti..
- Effalina
>>>
tinggi pohon di kaki bukit,
dari jauh terlihat sama;
cari ilmu usahlah berdecit,
biar susah bertahannya lama.
- Dhamah
>>>
Tinggi puncak, gunung berapit
Rabun nak jelas mata disempit;
Berdecit jua walau sekelumit,
Lumbrah manusia bila terasa sakit.
- Effalina
>>>
semak lalang meninggi di bukit,
tempat bermain binatang buas;
lumrah alam rasa sakit
bertahanlah mendekat ilmu luas.
- Dhamah
>>>
Semak lalang boleh di tebas
Penat mendaki tingginya bukit
In shaa Allah ilmu itu tidak terbatas
Berdikit-dikit walaupun perit
- Effalina
>>>
jangan ditebas semak di hutan,
biarlah ia menjadi lindungan;
usah berkira ilmu di badan,
biar dilihat sikit namun cukup bekalan.
- Dhamah
>>>
Tidak kutebas semak di hutan
Di keliling rumah pun semak berserakan
Ilmu di badan tetap kupertahan
Menjadi bekalan bertemu Tuhan
- Effalina
>>>
Aku sedang
Mengusir lenaku yang bertandang
Tadi siangnya bertarung waktu
Bertingkah
Hunus tajam masa meluka
Lelah
Lelah
- Ibnu Amar
>>>
Sedang mengusir lena bertandang
Waktu siang bertingkah berjuang
Imbaskan seketika wajah cikibum
Pasti matamu tak bisa di pejam
- Effalina
>>>
cik mawar memetik bunga;
bunga cantik harum wangi;
jika itu datangnya bangga,
buanglah riak jauh pergi.
- Dhamah
>>>
Harum baunya bunga kenanga
Di sunting mari nak dara jelita
Bangga itu sifat tak sempurna
Apa lagi riak yang bertakhta
- Effalina
>>>
sesekali izinkan aku singgah di taman kasih
melepaskan rindu di ikatan jiwa
sekian lama kugantung di langit cinta
usang di salai mentari penantian
masihkah ada pesonaku
menghiasi benang kerinduan
mencorak lukisan hayat
untuk kau kenang seorang aku
di hulu hatimu..
- Iza Sya
>>>
Lihat
Sinar semalam padat
tepat ia memahat;
jantung itu laju
langkah mengikut maju.
semalam ia lihat
pukulan yang hebat;
mengukir dengan nama
bah air jadi pena.
bak lontaran ombak
penggerak bahtera bertapak;
di situ ia lihat
cinta masih belum padat.
- Dhamah
>>>
Namanya Juga...
Bak laut;
Ada ombak beralun garang.
~Cukup kuat bahtera kecundang.
Bagai samudera;
Luas, tiada batas tepinya.
~Pabila ditenung ada di tengahnya.
Ibarat segara,
Dalam riuh pukul penuh berisi;
~Hidup bergelombang setianya tak bersisi.
Apapun namanya
dia tetaplah sama;
Beza pada corak kata
beza pada cara kita.
- Dhamah
>>>
komradpuisi2
Hari ini untuk kita duduk berdua
Di bangku putih taman
Berbicara angan dan impian
Picisan jiwa
Ke wilayah separa sedar
Aku mahu penghubung kepada penghujung
Terserah padamu
Asal satu, kuat menahan rindu
Aku minta maaf
Perihal belum mampunya aku membahagiakanmu
Ya, terjebak pada raut pandang
Berharap bisa lebih dekat namun tak bisa
Kerana keadaan
Semua berdasar pada harap
Harap yang berawal dari senyum yang susah untuk dilupa
- Ibnu Amar
>>>
untaian kata mesra
dan seribu puisi cinta yang kupunya
tak mampu menyanyangi indah wajahmu..
kau adalah keindahan
yang menghiasi duniaku..
memandangmu...
aku berharap waktu berhenti...
menyentuhmu...
seperti menyentuh sesuatu yang rapuh tapi sangat berharga...
kau adalah jejak
yang iringi langkahku...
kau adalah detak
yang iringi jantungku...
kau adalah air mata
yang iringi tangisku...
kau ada
di hatiku...
- Farid Krx
>>>
Di sudut langit
Warna memancar menembus kabut
Di sana ada ribuan cahaya...
Yang setia menghias hitam saat hari tenggelam...
Di sudut langit
Kusimpan rindu untuk seorang hamba
Yang jauh rimbanya...
Hingga mata ini buta memandangnya...
Di sudut langit
Bintang bintang menari bersama dingin
Sepi dan sunyi mendukung malam hingga subuh...
Menanti sang suria kembali...
Di sudut langit
Bisa kulihat kerlap kerlip
Manik langit menyanyi dengan bisu
Menghibur hati hamba yang remuk...
Di sudut langit
Bintang bulan bersama
Bercengkrama dalam jarak
Hingga jasad takbisa merengkuh...
- Farid Krx
_______________________________
Sumber ( BERAKIT KE LANGIT )
No comments:
Post a Comment