Followers

Saling berbagi rasa dalam menitip kata-kata terindah yang 'kita' punya...
Guzarish

Hari demi hari berlalu
Jarak di antara kita semakin dekat
Semisal aku yang tiba-tiba lupa
Bahawa aku sedang sesak dalam menahan debar
Mendekap mawar yang keluar dari matamu
Dan waktu kembali berlari
Bersama kenangan
Sebagai putaran hidup dan doa sebagai penghubung
Kudapati namamu terlukis sebagai cahaya di ufuk timur

>>>

Si dia yang aku lupa kukenal dari mana
berawal dengan garis waktu
menempuh jalur masa
membanjiri dengan air bah berupa sajak-sajak
berbatas dengan sendu 140 kilometer
kemudian berlanjut dengan mention-mention lain
yang tak jelas arahnya
Si dia dalam sajak sentimental
terbawa angin Februari
melontar sekarung imejan sentimental
dengan kata- kata sedap tanpa makna benar
ia mungkin sebuah sajak
hingga saya tidak berharap lagi
sesekali masih terkenang akan sentimentalnya
Sejujurnya sukar melupai sesuatu
yang pernah memberi kemanisan hati
sebab otakku pun tahu
pandang dan datanglah sekali lagi
cerita sepanjang musim
di saat mentari mengintip pandang
dari cabang semesta

>>>

~Tusbihu ‘alal khair - Selamat malam
menatap wajah malam
merasai bisikan angin
senandung cengkerik kala langit cerah
kemilau rembulan dipagari bintang
kekadang…
satu pemandangan yang cantik itu
tak perlu kita tangkap gambarnya
apa yang perlu adalah dinikmati
syukuri keindahan dan kecantikannya
simpan ia di dalam hati
mungkin akan ada rasa tak puas melihatnya
Insya-Allah
Allah akan beri banyak keindahan
yang boleh kita nikmati dan syukuri
hari ini bulan yang cantik, esok mungkin pelangi
lusa barangkali cahaya indah
saat matahari melabuhkan sinarnya kala senja

>>>

seharian susuri laluan bebatuan
bersilang besi dan kayu
menjejak memori yang tinggal
sewaktu senja berlalu
suasananya terasa sama
waktu dan ketika berbeza
langkahan kaki ini terhenti
terpandang akan kuntuman bunga
yang jatuh
hampir layu tapi enggan mati
di sinilah aku cuba masuki duniamu

>>>

Matamu terlalu jeli di tengah kesunyian alam
Aku masih mampu menemukanmu di tengah jauh sekalipun
Kerana segala inderaku begitu peka bila ia mengenai kamu
Kerana saat ini aku sudah terlanjur menjadikanmu satu-satunya
Kerana lama benar aku telah menjadikanmj isi kepalaku

Nukilan Ibnu Amar

No comments:

Post a Comment