Semua itu cetusan qalbu
Walau hanya sepintas
Membuat kita tergamam
Petang ini terbentuk
Dari daun-daun gugur
Yang jatuh dan menyentuh rindu
Saat senja mengintai di balik kaca
Pada asal sendu 140 kilometer
Kita masih sama.. masih bersama
%%%%%%
Betapa langit senja sangat begitu hangat menemani, di
setiap langit sore senja itu selalu dinanti.
terasa hangat menyapa hati yang sebelumnya dingin
terguyur hujan, lalu nampaklah segurat garis berwarna-
warni bernama pelangi melengkung indah di antara
langit berawan berwarna kekuningan selepas hujan.
Air menetes dari dedaunan sisa-sisa hujan begitu
bening terlihat sejuk.
Setelah hujan, setelah dingin yang merenggut
kehangatan di hati ini kini hujan itu telah reda berganti
senja yang hangat.
Aku terduduk di tepian danau yang begitu jelas
keindahannya seakan menyambung pelangi. Aku duduk,
menanti seseorang yang juga menyukai keindahan langit
sore menjelang senja selepas hujan serta pelangi
menghiasi.
Tuhan telah berencana, mungkinkah di sini tempat yang
selalu aku dan kamu senangi tepatnya Tuhan akan
mempertemukan? di waktu yang tepat dimana kita
dapat saling berpeluk menyampaikan cahaya cinta lewat
hangatnya pelukan.
Tak perlu banyak waktu untuk mengutarakan apa yang
aku rasakan selama ini, lewat tatapan yang saling
berpaku lalu senyum tipis yang manis rindu akan
hadirnya seseorang akan terobati.
Langit menjadi saksi bisu di mana jari saling
menggenggam, saling mengisi sela-sela yang kosong.
Kini Tuhan, aku dan kamu saling berpegangan dalam
doa bersyukur atas rencana indah-Nya untuk kita.
Aku dan kamu yang tak pernah tau akan menjadi satu,
saling bertatapan malu akhirnya melepas senyum yang
manis setulus hati yang akan mencintai.
Di waktu yang tepat semua beradu, rindu seakan
menjadi penyatu di bawah langit sore menjelang senja
selepas hujan dengan indah pelangi. Betapa indah
lukisan Tuhan serta begitu indah Tuhan
mempertemukan aku dan kamu dua hati yang akan
menjadi satu atas rencana-Nya yang indah...
Untuk seseorang yang akan kutemukan disaat waktu
yang tepat dan tempat yang kita impikan.
%%%%%%
Jarak busur bulan dan matahari
umpama dekatnya tarawih menghampiri witir
merungkai bahasa tanpa kata
menyorot dengan lirikan mata
menyimpan seribu rasa
seperti kuturunkan kepala di atas debu
saat bertemu-Nya walau jarang lima waktu
Di saat sepertiga malam menerajang jendela
ronga-ronga alam diselubungi sunyi
kembara yang tidak berpenghujung
indah meski lelah meluruhkan segala hasrat
sempurna meski tiap langkah bertanya
panjang dan lama putaran waktu alam lain
menunggu dan menunggu
%%%%%
pada wajah malam
ada jernih tangis yang bersisa
memucatkan warna alam
alun berlagu nada melankolis
menyuntik semangat
pengubat jiwa yang hampa
bulan semakin menjauh
di selimut awan di hujung alam
mengkutublah qolbu dalam nuansa syahdu
mendakapi jiwa tiada sahutan hanya impian
&&&&
sejujurnya saya masih jauh ketinggalan
untuk menangkap sajak-sajak perempuan puisi
cerita sepetang ini dia mengimbau kembali
kisah langit mengirim diksi yang basah
kisah perempuan dengan harapan yang patah
kisah dunia mereka yang pasrah
ia berevolusi dengan suara-suara peduli
dan kemudian menyusup ke dalam kata-kata
menyampaikan nurani
yang sedang dingin terbakar
di hujung-hujungnya ditamatkan dengan suara sayup-
sayup jauh
tetapi meninggalkan remang roma
Nukilan Ibnu Amar
No comments:
Post a Comment