Berharap dalam senyap. Di saat jemari masih
menggenggam harap. Tembang jiwa. Sebuah kolaborasi.
Sepi, sunyi dan senyap puisi. Biarlah tersimpan tawa,
teredam senyum saat teringat mengatai rasa. Senyum
hanya kiasan, terkubur segala kenangan. Sementara
sekeping hati menunggu lafaz kata. Sekali saja, aku
ingin mendengarnya. Setelah itu, aku akan mengerti.
-----------
Humaniora
Cahaya sabitah melesat dalam tarian aurora
Di atas sana yang kita sebut angkasa tanpa gelisah dan
resah
Suara langkah mendekat mengusik sepi yang kucintai
Sekadar mencari penghiburan yang asing
Tentang desau cerita yang kuanggap selalu ada tanpa
jeda dan muncul begitu saja
Humaniora
Yang mengenal itulah yang dikenal
Dan yang dikenal itulah yang mengenal
Menjadikan tiap-tiap sesuatu supaya mengenal Aku
yang ada pada tiap-tiap suatu
&&&&&&&&
#Daijaan
Andai kesenyapanmu menandakan pilu
Izinkan aku bersuara mengubat duka
Andai ketiadaanmu mewujudkan rindu
Izinkan aku hadir membujuk nestapa
Andai hadir bayangmu umpama duri sembilu
Izinkan hadir bayangmu menghayalkan sukma
Di sini aku mencari separuh dari diri sendiri
Refleksi diri
Menunggu seulas bibir dari seraut wajah
Sebutir bicara dari kamu
Yang sedang tersenyum tanpa kata
&&&&&&&&
Daijaan
Kelmarin kamu tidak lagi seperti hari sebelumnya
Tersenyum dan menunjuk-nunjuk senyumanmu seperti
hari sebelumnya
Sambil memerhati setiap lincah puisi menari seperti
hari sebelumnya
Memelodikan angin-angin sambil meritmakan setiap
lenggok aksaramu seperti hari sebelumnya
Hari ini kamu tidak seperti hari sebelumnya dan
sejujurnya seperti sajak kelmarin-kelmarin yang dulu
10 jam
Nukilan Ibnu Amar @ Amran Azahari
No comments:
Post a Comment